Foto lokomotif SDS 52 (D13 02) dari catalog Hohenzollern
Datang bukan disaat yang tepat, hilang juga tanpa jejak. Mungkin ini cocok disematkan pada lokomotif D13. Salah satu lokomotif uap yang sampai saat ini masih membuat saya penasaran adalah lokomotif uap tipe SDS 51 atau penomoran Jepang menjadi D13 (01-03). Lokomotif ini didatangkan sebanyak 3 unit (4275-4277) pada 1922 oleh SDS ( Serajoedal Stoomtram Maatschappij) dari pabrik Hohenzollern – Jerman sebagai lokomotif khusus untuk membawa angkutan gula dari seputar keresidenan Banjoemas (Banyumas) namun tidak bertahan lama akibat produksi gula yang lesu pada 1923.
Menurut beberapa sumber termasuk De Stoomtractie Op Java En Sumatra karya J.J.G. Oegema pada tahun 1940 lokomotif ini diberikan kepada SS (Staatsspoorwegen) dikarenakan SDS sudah tidak memerlukanya lagi. SDS 51 dengan susunan roda 0-8-0T ini memiliki postur lokomotif berbadan besar dan tergolong lokomotif yang benar-benar dikhususkan untuk membawa beban berat saja. Dilihat dari kecepatan maksimal hanya berkisar 15 Km/jam. Menurut sumber lain, 2 lokomotif ini sempat melayani jalur kereta api antara Ambarawa-Kedungjati pada medio 1950an sebelum seluruh unitnya dinyatakan mati / afkir per 1960. Salah satu lokomotif ini sempat kembali ke Kroya pada tahun 1960an dan kemudian dirucat disana. Salah satu lokomotif lain sempat dikirim ke Balai Yasa Madiun dan mengalami nasip yang sama sebagai besi tua. Sisa satu lokomotif lain belum ketahuan rimbanya dibesi tuakan dimana.