Kelahiran tahun 1995, dan mulai menyukai dunia Railfans sejak tahun 2003, tetapi mulai fokus ke sejarah kereta api sejak tahun 2008.
Diawali dengan bergabung dengan komunitas IRPS (Indonesian Railway Preservation Society) jogja dan pada tahun 2009, ikut bergabung juga dengan GM-Marka & Komunitas Ora Edan Yogyakarta. lalu juga ikut mendirikan Komunitas Roemah Toea di Jogjakarta tahun 2014. Hingga saat ini masih aktif melakukan riset dan kajian mengenai Situs Kolonial terutama yang berhubungan Kereta Api dan Pabrik Gula di Hinda Belanda (Indonesia)
Tidak terbatas berteman dengan siapapun asal masih memiliki pemikiran dan pemahaman yang sama.
Bila memerlukan Kontak bisa menghubungi:
Facebook: Yoga Bagus Prayogo CokroPrawiro
Akses Arsip: Akses Arsip Medarrie
Email: esslingen.restoration@gmail.com
Album Flickr: Flickr
Saluran Youtube: Saluran Yoga Cokro Prawiro
prima says:
Oalah sampeyan itu masih muda tho…
saya kira sudah bapak2, soalnya saya sering lihat foto di grup peduli pabrik gula kok kayane sudah bapak2
yogacokro says:
haha.. saya masih 20 tahun mas.. wajah saja yang sudah tua..
c says:
wajahnya muda api dalemannya tuwekkk
prima says:
Bro..
kemarin sayakan melakukan riset kecil2an pabrik gula di karesidenan surakarta. Tapi agak ada kendala data masalah tahun berdiri dan alasan pabrik bangkrut. Saya cari di perpus gondang juga gak begitu membantu…
kira2 ada masukan gak dimana bisa dapat data lengkap..
selama ini saya hanya mengandalkan kesaksian warga setempat saja sih
yogacokro says:
bisa mas.. kebetulan saya ada refrensi untuk itu.. tapi masih saya pelajari karena semua dalam bahasa belanda…
prima says:
Kalau buku2 terbitan indonesia atau karya ilmiah mahasiswa arkeologi atau peneliti/ahli belum ada ya?
Saya juga sempat nyari di beberapa toko.buku juga gak.ketemu…
yogacokro says:
arkeologi yang mambahas kereta api di indonesia sanggat sedikit mas.. refrensi kebanyakan dari luar..
Binery Haidar says:
Mas, kemarin(14 April 2017) saya dan teman saya nggak sengaja menemukan bekas jalur rel di daerah Pekalongan(belakang/selatan Stasiun Pekalongan). jalurnya itu ngarah ke selatan dari Stasiun Pekalongan melewati penjual tanaman hias. Kata penjualnya sih rel itu bekas pabrik gula, tapi kok lebar sepurnya lebar banget untuk sebuah jalur lori tebu, mungkin seukuran lebar sepur sekarang. Di sana juga ada percabangan yang kayaknya juga ngarah ke stasiun pekalongan. Kata penjualnya rel itu kesambung sampai Kedungwuni. sayangnya jalurnya cuma kelihatan sampai di kebon belakang penjual tanamannya. Mungkin mas ngerti sejarahnya jalur ka di sana. terimakasih.
yogacokro says:
itu jalur cabang dari stasiun pekalongan. lebar rel 1067mm sesuai dengan lebar rel untuk KA Konvensional di Indonesia. statusnya sudah tidak aktif.
nbsusanto says:
salam kenal dari Bantul mas..
kebetulan saya juga suka dengan KA dan alhamdulillah bisa belajar lebih dalam tentang KA..
cuma secara pengalaman lapangan masih ecek-ecek..
nampaknya saya pernah follow di blog lama, pantes kok nggak update ternyata sudah migrasi..
ngapunten kalo boleh memberi masukan agar lebih enak bagi pembaca ada beberapa poin mas :
1. mumpung masih di wordpress, kalau diberi tombol “follow” bisa lebih memudahkan reader yang punya akun wordpress mas..
2. dibuatkan 1 page khusus link ke arsip dari tulisan awal, atau bisa juga pakai widget yang scroll tulisan lama soalnya ada beberapa blogwalker yang sukanya baca-baca sampai tulisan lama..
terima kasih..