Banyak diantara jembatan jalur-jalur kereta api yang aktif dimasa kini sudah menjalani renovasi dan perbaikan maupun penggantian stuktur. Tetapi disisi lain masih tersisa beberapa unit jembatan yang masih asli 100% seperti saat dioperasionalkan pertama kali. Dalam kesempatan ini saya akan membahas jembatan peninggalan NISM (Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij) yang menuju ke Pabrik Gula Gondang Winangoen (Gondang Baru) Klaten, Jawa Tengah.
(Jembatan Kretek Cungkrung, yang telah berusia 152 tahun. 1865-2017)
Mungkin bagi sebagian orang jembatan ini merupakan jembatan kereta api yang sudah tidak dipergunakan dan hanya seperti besi tua terbengkalai. Namun ada sejarah yang tertulis dalam bentang jembatan yang tidak lebih dari 40 meter ini. Membentang di atas sungai di kecamatan Gondang, jembatan ini terkenal dengan sebutan kretek Cungkrung, Jembatan kereta api ini terakir kali dipergunakan sekitar tahun 1980an. Pada tahun tersebut lokomotif uap (simbah) milik PG. Gondang Baru masih rajin mengantarkan gerbong yang berisi muatan tetes tebu dari pabrik menuju stasiun Srowot. Ketika akitifitas tersebut terhenti dikarenakan sudah beralih ke transportasi truk maka jalur cabang yang hanya berjarak 3km dari stasiun Srowot menuju ke PG. Gondang Baru otomatis ditutup. Kemudian jalur rel dicabut dan hanya menyisakan bentang jembatan. Kembali ke cerita jembatan ini, jembatan yang sudah berusia 152 tahun ini masih memiliki plat baja asli tanpa perubahan dan memiliki model struktur untuk menopang jalur kereta dengan lebar 1435mm. Semenjak Jepang menginvasi Hindia Belanda ditahun 1942 rel 1435mm yang ada diatas jembatan ini dirubah ukurannya menjadi 1067mm tanpa merubah bentuk maupun struktur jembatan itu sendiri. Bisa dibilang jembatan ini merupakan jembatan dengan penampang rel dengan ukuran lebar 1435mm yang masih tersisa dengan kondisi asli hingga saat ini! Walau kondisi fisik jembatan masih utuh namun disayangkan rel dan bantalan sudah raib tidak bersisa.
Ada dugaan semenjak lokomotif uap “Simbah” yang dibeli oleh PG. Gondang Winagoen dari OJS (Oost Java-Stoomtram Maatschappij) di tahun 1910an jalur yang melewati jembatan ini kemudian disediakan ukuran lebar rel 1067mm.
(Lokomotif uap “simbah” sebagai lokomotif penarik gerbong tetes tebu dari Pabrik Gula Gondang menuju stasiun Srowot. -Foto William Ford)
(Lebar penopang bantalan untuk ukuran rel 1435mm)
Jembatan yang menjadi saksi bisu perkembangan industri angkutan gula ini dibuat oleh Koninklijke Nederlandsche Grofsmederij, D.L. Wolfson. Leijden tahun 1865.
(Label produksi jembatan, Koninklijke Nederlandsche Grofsmederij, D.L. Wolfson. Leijden 1865)
Patut diketahui bahwa tahun 1865 adalah tahun dimana lokomotif uap pertama di Hindia Belanda (Indonesia) beroperasi. Lokomotif asal Borsig, Jerman sebagai lokomotif yang membantu dalam proses pembuatan jalur kereta api pertama antara Semarang-Tanggoeng dan dilanjutkan menuju Solo hingga Yogyakarta.
(Jembatan KA yang bersisihan dengan jalan desa)
Sebagai salah satu jembatan kereta api asli peninggalan NISM dengan lebar penopang untuk rel 1435mm yang masih tersisa dan dalam kondisi baik, saya berharap kedepannya jembatan ini dapat dijadikan aset cagar budaya sebagai saksi bisu perkembangan kereta api di Indonesia.