(Lokomotif SS1500 berangkat dari jalur 6 stasiun Yogyakarta 27 oktober 1939, Continental Modellers)
Konsekuensi dari pecahnya perang dunia ke 1 menyebabkan jalur kereta api Hejaz Railway yang dibuat oleh kerajaan Turki Ottoman dari Damaskus (Suriah) menuju ke kota Madinah (Arab Saudi) gagal beroperasi secara penuh. Sekitar 10 unit lokomotif dengan susunan roda 2-8-2 yang sudah dipesan ke Hartmann (Jerman) dan akan dioperasikan di lintas tersebut menjadi barang tidak bertuan dan belum sempat dikirm ke Damaskus untuk beroperasi. Dengan adanya peluang 10 lokomotif yang tidak bertuan tersebut, dimanfaatkan oleh SS (Staats Spoorwegen) di Hindia Belanda untuk membeli unit tersebut dari pabrik Hartmann (Jerman). Dengan sedikit perubahan lebar spoor dari ukuran 1.050mm (ukuran Hejaz Railway) menjadi 1.067mm (ukuran Staats Spoorwegen) ke 10 lokomotif tadi akhirnya dapat didatangkan ke Hindia Belanda dengan selamat dan mendapatkan penomeran sebagai seri SS1500 (pada saat penjajahan Jepang berubah menjadi seri D51). Sebagai lokomotif dengan bentuk yang dirancang untuk beroperasi di iklim gurun dan model jendela untuk pandangan masinis oval khas timur tengah tidak menjadi halangan lokomotif ini berdinas aktif di Indonesia.
(Lokomotif SS1506 / D5106 disimpan di Museum KA Ambarawa)
Sejak didatangkan tahun 1920 oleh SS, lokomotif ini melayani berbagai macam kereta api jarak menegah maupun jarak jauh. Dengan susunan roda 2-8-2 lokomotif ini dapat dengan mudah menarik rangkaian kereta barang maupun kereta penumpang dengan rangkaian yang cukup panjang. Berbahan bakar batubara atau minyak residu (era PNKA) lokomotif ini bisa dibilang cukup lama bertahan hingga era 1970an akhir sebelum dipurna tugaskan dan digantikan oleh lokomotif diesel. D51 sendiri memiliki panjang 18807 mm, berat kosong 78.7 ton, dan daya sebesar 875 HP (horse power). Untuk masalah kecepatan, D51 hanya dapat berlari dengan kecepatan maksimum 50 km/jam. Area persebaran lokomotif ini mulai dari Yogyakarta, Solo, Kutoarjo, Purwokerto dan beberapa sempat ditempatkan di Cirebon. Lokomotif yang sempat bertahan hingga saat ini adalah D5106 yang merupakan lokomotif milik depo induk Kutoarjo. Lokomotif D5106 pernah dimodifikasi dengan memasang smoke deflektor. Sebagai satu satunya lokomotif seri D51 yang tersisa dari penjagal besi tua, saat ini D5106 disimpan di Museum Kereta Api Indonesia, Ambarawa.