Locomotief Remise Suiker Fabriek Djatibarang 1916

Leave Comment

Locomotief Remise pada tahun 1925an. (KITLV)

Locomotief Remise sebuah bangunan kokoh saksi kejayaan era Industri gula kolonial yang sampai saat ini masih berdiri di ujung selatan area pabrik gula Djatibarang- Brebes, Jawa tengah. Bangunan ini baru didirikan pada tahun 1916 sebagai tempat perbaikan dan penyimpanan lokomotif milik SF. Djatibarang.  Locomotief Remise sendiri terpaut 74 tahun dengan umur pabrik gula yang dibangun pada 1842. Alasan pembangunan prasarana ini adalah semakin banyak armadanya lokomotif lori sekaligus menjadi sebuah bangunan pendukung angkutan gula yang mencakup sebagian area Brebes waktu itu.

Bentuk desain dari Locomotief Remise sendiri menerapkan desain Round House atau Los Bunder, desain ini cukup umum digunakan oleh perusahaan kereta api di dunia. Tercatat ada 4 bangunan yang mengunakan desain serupa yaitu: PG. Djatibarang, PG. Tjepiring, PG Rejoagung dan PG Prajekan. Desain ini memiliki rel yang menuju ke tempat penyimpanan lokomotif dan terhubung dengan sistem meja putar / turn table. Desain serupa juga dimiliki oleh maskapai kereta api Hindia Belanda antara lain SS, NIS dan DSM. Bangunan-bangunan tersebut berada di Lempuyangan (NIS), Kertosono dan Tanah Abang (SS) dan Tebing Tinggi – Sumatera Utara (DSM). Saat ini yang masih dalam keadaan utuh hanya Lempuyangan dan Tebing Tinggi.

Locomotief Remise sebelum proses restorasi tahun 2018.


Kembali dalam pembahasan Locomotief Remise pabrik gula Djatibarang yang merupakan satu -satunya Round House dengan desain autentik, Menurut pengamat bangunan Kolonial Hari Kurniawan, Locomotief Remise memiliki desain arsitektur dengan permainan garis horisontal dan vertikal dapat dikategorikan sebagai art de co, tetapi termasuk ada langgam “Indische Modern” model desain arsitektur ini sangat umum digunakan pada tahun 1910-1920an. Bisa dibilang model ini paling indah dan paling memiliki ciri khas ketimbang Round House lainnya yang berada di 3 pabrik gula lain.

Sedangkan menurut Musadad dalam  (Pendataan Warisan Busaya Bendawi Pabrik Gula Jatibarang, Brebes Untuk Pengembangan Wisata Arkeologi Industri. 2019) Pada bagian atas fasad diberi hiasan relief matahari dan bagian ujung atas fasad berbentuk seperti awan. Simbol ini menjadi cirikhas dari Locomotief Remise.  Semenjak PG. Djatibarang ditutup oprasional pada 2017 (BKO) terbengkalai-lah sebuah asset peninggalan kolonial ini. Locomotief Remise banyak ditumbuhi rumput liar dan kerusakan pada atap bangunan akibat tertimpa pohon. Beruntung dengan adanya kepedulian dari karyawan PG. Djatibarang untuk merestotrasi bangunan ini pada tahun 2019. Meskipun dapat dibilang proses restorasi ini masih terbatas dan minimnya biaya namun sudah dapat dilihat  bangunan ini lebih indah, bersih dan terawat bahkan jauh terlihat lebih baik dibanding saat pabrik ini masih beroperasi. Preservasi ini sekaligus memiliki nilai jual dalam bentuk agro wisata yang merupakan langkah awal dalam proses penyelamatan dan pengenalan ke pada publik tentang bangunan ini.

Dalam teknisnya, Locomotief Remise PG. Djatibarang memiliki 9 loss / garasi penyimpanan lokomotif dengan total 16 jalur yang terkoneksi dengan meja putar / turn table. Masing masing loss dapat menyimpan maksimal 2 lokomotif dengan susunan 1 lokomotif berada di dalam loss dan 1 lokomotif berada di luar loss. Untuk loss nomor 5 terdapat wesel percabangan yang dibagi menjadi 3 jalur terpisah. Jalur yang berada di dalam loss saat ini dipergunakan untuk menyimpan lokomotif diesel.

Menurut catatan Rob Dickinson (penggemar kereta api asal Inggris) PG. Djatibarang memiliki 11 lokomotif uap dan 7 lokomotif diesel. Untuk detail lokomotif apa saja yang pernah beroperasi di PG. Djatibarang akan saya ulas dalam artikel selanjutnya.

Locomotief Remise setelah proses restorasi tahun 2020.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *