Mencari sisa-sisa Suiker Onderneming di Moedja Moedjoe Yogyakarta

Leave Comment
Mencari sisa-sisa Suiker Onderneming di Moedja Moedjoe Yogyakarta

Pada suatu malam saya dikontak oleh sobat di Jakarta yang sesama pemerhati sejarah kereta api, beliau ini adalah pemilik dari channel you tube Kereta Nostalgia alias om Soni Gumilang. Beliau melemparkan pertanyaan yang cukup membuat saya pusing enam keliling.
“Bro, di Moedja Moedjoe (Muja-muju) dulu ada pabrik gula kah? Cerita dari ibu rumah guru SDnya kira-kira dekat pabrik gula muja-muju
lokasi persisnya dia lupa tapi di sekitaran gembira loka sebelah barat sungai Gajah Wong. Duarrr, dari sekaian banyak refrensi belum pernah saya temukan adanya pabrik gula dikawasan itu. Bahkan saya sudah cek berulang kali di berbagai buku dan kitab soal perkebunan tinggalan Belanda. Om Soni kemudian mengatakan “Kayanya kamu harus membuka penyelidikan keberadaan SF Muja Muju ini” sebuah tantangan yang tidak bisa saya tolak disaat kerjaan padat menumpuk. Ah sial terpaksa malam itu saya riset karena saya juga penasaran.

Rasa Penasaran

Riset pertama adalah mencari artikel yang mendukung dan kebetulan saya mendapat beberapa catatan terkait, seperti yang saya dapatkan dari dpad.jogjaprov.go.id

  1. kode refrensi: 23400-24 001. 3.1.18 Surat dari Dinas Teknis Watershcap “Opak Progo” kepada Voorzittervan Het Bestuur Watershcap “Opak Progo” mengenai permohonan Administratuur Moedja- Moedjoe tentang pembebasan persil untuk menurunkan pajak air tahun dinas 1936/1937.
  2. kode refrensi: 23400-24 001.3.1.17 Surat dari Suiker Fabriek ” Kedaton Pleret” mengenai pengajuan keberatan pungutan dari Administratur Moedja-Moedjoe” kepada Voositter Raad Watershcap “Opak Progo”.

Dua catatan dinas diatas yang masih terasipkan oleh pemerintah daerah menjadi bukti bahwa ada sebuah perkebunan atau pabrik di Muja-Muju Yogyakarta. Namun menurut saya itu belum cukup kuat kalo kita belum mencari sumber lain terutama dari Negeri Belanda. Tidak disangka (Bukan rejeki anak soleh karena saya masih belum soleh), secara kebetulan saya mendapatkan refernesi PDF dari negeri Ratu Wilhemina yaitu: Inventaris van het archief van de NV Ingenieursmaatschap Eigen Beheer, 1916-1938 (1940) data ini dikeluarkan oleh Nationaal Archief, Den Haag 1986. Pada halaman 25 perihal Stukken betreffende maandelijkse rekeningen van de Imeb ten laste van: suikerondernemingen. Atau dalam bahasa, kita disebut Dokumen mengenai faktur bulanan Imeb dibebankan kepada: perusahaan gula. Dalam isi artiekel tersebut disebutkan Moedja-Moedjoe yang mengarah pada industri / perkebunan tebu.

Belum puas dengan artikel diatas saya masih mencoba kembali mencari beberapa artikel yang mendukung soal Moedja-Moedjoe apakah betul sebuah pabrik gula?

Saya menemukan sebuah salah satu artikel dari KITLV soal Moedja-Moedjoe yang kurang lebih isinya:

S.O (Suiker Onderneming) Moedja Moedjoe”In December of 1940, Ab’s father found work south, toward Yogyakarta, on a suburban sugar plantation called Moedja-Moedjoe. They couldn’t afford to keep Kokki, but she stayed with them anyway. Their new abode was an abandoned sultan’s summer palace. The natives said it was haunted. Moes said, “I’ll take care of the ghosts, how much for the rent?”

Dalam bahasa:

S.O (Perusahaan gula) Muja Mujoe

Pada bulan Desember 1940, ayah AB mendapatkan pekerjaan di selatan, menuju Yogyakarta, di perkebunan gula pinggiran kota bernama Mudja-Mujoe. Mereka tidak mampu memelihara Koki, tetapi dia tetap tinggal bersama mereka. Tempat tinggal baru mereka adalah istana musim panas sultan yang ditinggalkan. Penduduk asli mengatakan itu berhantu. Moes berkata, “Saya akan menjaga hantu, berapa sewa nya?”

Sebuah Titik Terang

Apa? Istana musim panas sultan yang ditinggalkan? saya yakin betul ini adalah situs Warung Boto yang memang terletak di area Moedja-Moedjoe. lalu kemudian S.O? Suiker Onderneming? (Perkebunan Gula) Sebuah titik terang bahwa ini bukan pabrik gula tapi merupakan sebuah kantor perkebunan. Moedja-Moedjoe merupakan perkebunan tebu yang menjalin kerjasama dengan beberapa pabrik gula di Yogyakarta salah satunya adalah SF. Kedaton Plered (berdasarkan artikel yang saya dapatkan sebelumnya) Perkebunan ini dimpimpin oleh ADM atau Administratuur seperti sebuah pabrik gula. Saat ini sebutan Administratuur selevel dengan General Manager.

Ketika saya buka peta dari Maps maps.library.leiden.edu semakin kuat dugaan saya. Di areah muja-muju memang tidak tercatat adanya sebuah pabrik gula, namun disitu terdapat sebuah komplek perumahan Belanda dan kantor.

Pada kotak berwarna merah terdapat jalur decauville (kereta perkebunan) yang memiliki jalur emplasemen, kuat dugaan saya ini merupakan area bongkar muat tebu untuk dibawa ke pabrik gula seperti SF. Kedaton Plered yang bekerja sama dengan Suiker Onderneming Moedja-Moedjoe. Kemudian Kotak warna oranye merupakan kawasan perkantoran dan rumah dinas. Saat ini kondisinya sudah jauh berbeda. Kotak warna merah menjadi kawasan perkantoran BKKN dan kawasan rumah. Kotak warna oranye menjadi kawasan SMA 8 dan SMK 5 Yogyakarta. Sedangkan jalur keretanya sudah menjadi jalan raya. Sayang sekali saya belum menemukan dokumentasi terkait banguna fisik asli dari Suiker Onderneming Moedja-Moedjoe.

Dibawah ini saya cantumkan beberapa foto kondisi saat ini di seputar kawasan Suiker Onderneming Moedja-Moedjoe.

Tampak depan dari SMA 8 Yogyakarta yang diduga kuat sebagai kantor Suiker Onderneming Moedja-Moedjoe.

Sementara ini saya dapat simpulkan di Moedja-Moedjoe (Muja-Muju) tidak terdapat sebuah pabrik gula melainkan sebuah perusahaan dan kantor perkebunan tebu.

Perang Dunia Ke Dua

Ketika saya akan mengakhiri riset saya soal Suiker Onderneming Moedja-Moedjoe saya malah menemukan sebuah artikel lain yang lebih menarik. Artikel itu sama sekali tidak menyangkut dengan sistem operasi Suiker Onderneming Moedja-Moedjoe melaikan sebuah pemukiman / Camp tanahan perang atau politik. Sumber refrensi itu bersal dari laman indische kamp archieven atau Arsip Camp di Hindia Belanda yang menyangkut perang dunia ke dua dan kekejaman Jepang di Indonesia (Hindia Belanda).

Dalam artikel itu disebutkan Djokjakarta is situated in the south of Central Java. The Moedja-Moedjo sugar factory was 4 kilometres east of Djokjakarta. From September 1943 to September 1944 this location served as a relief camp.

Internees: men, women, and children
Information: On individual initiative, a relief camp for Indo-European other civilians in need from Djokjakarta was set up at the Moedja-Moedjo sugar plantation. In September 1944 all of the residents were taken to the Demakidjo sugar plantation, on the other side of Djokjakarta.

dalam bahasa:

Djokjakarta terletak di selatan Jawa Tengah. Pabrik gula Moedja-Moedjo terletak 4 kilometer sebelah timur Djokjakarta.
Dari September 1943 hingga September 1944 lokasi ini berfungsi sebagai kamp bantuan
Internee: pria, wanita, dan anak-anak
Informasi: Atas inisiatif individu, sebuah kamp bantuan untuk warga sipil Indo-Eropa lainnya yang membutuhkan dari Jakarta didirikan di perkebunan gula Moedja-Moedjo. Pada September 1944 semua warga dibawa ke perkebunan gula Demakidjo, di seberang Djokjakarta.

Dalam artikel pendek ini terbesit apa yang terjadi pada saat penjajahan Jepang. Lokasi Suiker Onderneming Moedja-Moedjoe dirubah menjadi sebuah Camp penahan bagi orang Belanda, Keturunan Indo atau yang dicurigai oleh Jepang. Isinya mulai dari laki-laki, Perempuan bahkan anak-anak.

Lalu apa yang terjadi dengan para tawanan di Camp ini? seperti apa bentuk camp nya? seperti apa perlakuan yang diberikan di camp ini? Apakah seperti Auschwitz? Apakah seperti Gulag? Sampai saat ini saya masih belum menemukan artikel terkait yang membahas soal itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *