TPK Saradan atau tempat penampungan kayu milik Perum Perhutani yang terletak di Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun ini sempat memiliki jaringan lori pengangkut kayu jati peninggalan kolonial (Djatibedrijf) yang dipergunakan untuk angkutan kayu jati dari pedalaman hutan disekitar Kabupaten Madiun. Menurut beberapa sumber peta jaringan rel dulunya terbentang sejauh 30-40km. Memasuki era kemerdekaan perlahan-lahan jalur-jalur lori ini mulai menyusut dan menyisakan beberapa kilometer saja ditahun 1990an. Memasuki tahun 2000an jalur lori untuk angkutan kayu jati ini mulai ditinggalkan karena angkutan kayu sudah beralih menggunakan truk. Pada tahun 2012 hampir seluruh sisa jalur yang menuju hutan di utara dan selatan TPK yang masih tersisa dicabut dan dijual sebagai besi bekas.
Meski sudah tidak banyak bersisa, saat ini masih bisa kita saksikan sedikit dari peninggalan jalur dan lori milik TPK Saradan. Sisa jalur dan lori masih digunakan terbatas sebagai angkutan kayu didalam aera pengolahan. Uniknya jalur lori pengangkut kayu ini menggunakan lebar jalur rel 1067mm yang sama dengan milik SS/PT.KA dan jalur ini terkoneksi dengan jalur di stasiun Saradan yang hanya bersebelahan posisinya. Namun untuk ukuran besar rel yang dipergunakan lebih kecil yaitu ukuran R8-R15 dimana standar rel untuk kereta api SS/PT.KA paling kecil R25. Hal ini disebabkan rel-rel lori untuk pengangkutan jati tidak perlu mempergunakan tekanan gandar yang besar seperti kereta api pada umumnya.
Menurut salah satu warga sekitar yang juga merupakan pensiunan KPH dulu sempat ada lokomotif yang dipergunakan di TPK Saradan. Menurut penelusuran saya kemungkinan lokomotif ini dipinjam dari TPK Bojonegoro yang masih 1 area pengelolaan.
Lori milik TPK Saradan sendiri hanya berbentuk persegi panjang dan terbuat dari balok kayu yang dikunci menggunakan pasak dan paku. Bentuknya sangat sederhana dan tanpa dilengkapi rem, rodanya sama dengan roda kereta api pada umumnya namun diameternya lebih kecil. Dudukan roda menggunakan bearing yang dibaut kedalam kayu dan tanpa suspensi. Populasinya tidak banyak, Ketika saya melakukan kunjungan pada tahun 2018 hanya tersisa 2 lori saja. Lori-lori lain sudah habis dibongkar dan dibesituakan roda-rodanya.
Nizaru says:
Sbenernya dibarat sinyal masuk ada cabang lagi sangat lurus ke selatan hampir sampai ke kec. Gemarang, sisa sisa beberapa jembatan masih ada dalam hutan
Yoga Cokro P. says:
wah bisa dicek kapan kapan ini
Paulus says:
Di peta kelihatan ada persilangan antara jalur lori dengan jalur SS, apakah pake jembatan atau bgmn mas?
Yoga Cokro P. says:
lewat jembatan pak. diatas jalur SS