Sebuah rangkaian kereta api milik NIS sepanjang 670 meter / 98 gerbong barang bergandar 2 dengan kapasitas 10 ton Gula pasir. Total jumlah gula yang dibawa oleh rangkaian ini sebanyak 10 ton x 98 gerbong = 980 ton gula pasir yang dibawa menuju pelabuhan Samarang / Samarang haven dengan 1 lokomotif uap tipe NIS 81 (4-6-0T) buatan Hartmann Jerman. Angkutan seperti ini lazim ditemukan diantara bulan Juni-September atau setiap musim giling tanaman tebu. Gula-gula yang diangkut dengan kereta api ini merupakan sumber pendapatan utama banyak maskapai kereta api di Hindia-Belanda selain NIS. Selain itu komoditas tanaman semusim ini juga menjadi penyumbang kas terbesar kerajaan Belanda.
Keseluruhan muatan ini berasal dari angkutan gula di seputar Vorstenlanden (Jogja-Solo). Dari stasiun keberangkatan awal jumlah rangkaian kereta tidak sebanyak ini namun hasil pengumpulan gerbong-gerbong gula ini sepanjang jalur KA milik NIS, mulai dari Brossot (Sewugalur-Kulonprogo) / Pundong (Bantul) yang merupakan daerah penghasil gula di selatan Jogja, Kemudian pabrik-pabrik gula di Klaten dan Kartasura. Rangkaian ini kemudian disusun di di stasiun Solobalapan sebelum diberangkatkan menuju ke Samarang.
Pemandangan seperti ini mulai berkurang ketika krisis ekonomi dunia pada tahun 1930 dan menyebabkan banyaknya pabrik gula di seputar Jogja-Solo yang gulung tikar.
Sumber: Spoor en Tramwagen 15 Juli 1944 & Gedenkboek Van De Koloniale Tentoonstelling Semarang.