Pada artikel sebelumnya saya menuliskan soal awal mula pembangunan jalur kereta api di Batavia (Jakarta) oleh NIS yang kemudian dilanjutkan hingga Buitenzorg (Bogor). Untuk bagian ke dua ini saya akan menjelaskan lokomotif yang dipergunakan pada lintasan ini secara lebih mendetail berdasarkan sumber dari buku De spoorwegen in Nederlands-Indië 1864-1942 dan De Stoomtractie op Java en Sumatra.
Penomoran Ganda
NIS pada sistem awalnya memiliki penomoran ganda dimana lokomotif uap yang beroperasi di lintasan 1435mm dan 1067mm memiliki penomoran ganda/kembar. Hal ini kemudian dirubah/direvisi oleh NIS sehingga armada lokomotif yang memiliki lebar rel 1067mm diawali dengan angka 300 untuk lokomotif NIS 1. Sedangkan armada lokomotif 1435mm masih sesuai dengan penomoran awalnya tanpa ada perubahan. Sebagai contoh lokomotif diatas, merupakan NIS 6 yang beroperasi di lebar rel 1067mm menjadi NIS 303 (sumber: De Stoomtractie op Java en Sumatra oleh J.J.G. Oegema)
Hal serupa juga terjadi pada NIS 1 & 3 yang beroperasi pada rel 1067mm menjadi NIS 331-332, sedangkan untuk NIS 2 sudah mati/dibesitukan sebelum mendapat penomoran baru.
Lokomotif Pada Jalur Baru
Nieuwe Lijn atau jalur baru yang dibangun oleh NIS pada tema kali ini memiliki ukuran berbeda dengan jalur yang dibangun oleh NIS sebelumnya, dengan ukuran 1067mm jelas membutuhkan sarana yang sesuai demi kelancaran oprasional angkutan penumpang dan barang. Tercatat berdasarkan refrensi data yang dimiliki, NIS mendatakangkan beberapa unit lokomotif dari Beyer Peacock, Manchester – Inggris yang sudah berpengalaman membangun lokomotif kecil yang sesuai. Seperti pesifikasi yang dipesan oleh Perusahaan kereta api Norwegia. Tipe 1-B atau (2-4-0T) lokomotif dengan tender menjadi pilihan.
Lokomotif ini memiliki berat 23 ton dengan berat andensi 15 ton. 3 unit lokomotif pertama dikirim pada 1871 yaitu NIS 1,2,3 dengan no seri pabik 986,987,988. Tiga lokomotif lain dengan nomor seri pabrik 1060, 1061, 1062 dikirim pada tahun 1872 namun dengan bentuk yang lebih kecil dengan tangki air berada di samping ketel lokomotif. (foto diatas No 6)
ketiga lokomotif kloter kedua ini merupakan NIS 4,5 dan 6. Lokomotif ini difokuskan untuk beroperasi pada lintas perkotaan antara Batavia Benedenstad – Weltevreden hingga Meester Cornelis. Tiga lokomotif ini juga memiliki penomoran baru sebagai NIS 301, 302 dan 303. Menurut saya cukup menarik ketika lokomotif yang lebih muda malah diberi nomor yang lebih tua dari lokomotif yang didatangkan satu tahun sebelumnya. Entah ada motif apa NIS memberikan penomoran seperti ini. Lokomotif ini sendiri purna tugas lebih awal, menurut J.J.G. Oegema lokomotif ini dipurnatugaskan pada 1905-1915.
Selain itu Gorton Foundry juga memasok 3 lokomotif lain dengan spesifikasi lebih besar pada 1873 dan 1879. Lokomotif tahun 1879 merupakan dua unit lokomotif kecil. Dari semua lokomotif diatas belum memiliki sistem pemasir.
Sebuah lokomotif NIS 2-4-0T sempat menabrak rel pada tahun 1884 namun tidak tercatat nomor dan tipe lokomotifnya. Selain itu lama kelamaan lokomotif yang diperasikan oleh NIS dinilai ketinggalan zaman. Dimana banyak lokomotif sudah menerapkan sistem pemasir dan kabin masinis yang lebih layak. Lokomotif-lokomotif Inggris ini memiliki sisi kabin yang terbuka dan membuat masinis maupun juru api lebih terpapar cuaca. NIS tidak mendatangkan lokomotif baru lagi pada lintasan ini karena nilai investasi yang besar dan negosiasi oleh pemerintah kolonial, dimana rencana kedepannya jalur ini akan diambil alih oleh SS (Staatsspoorwegen) meski kesepakatan tersebut terealisasi pada 1913.
Menurut Guus Veenendaal pada 1893 ada 2 lokomotif yang lebih berat tipe 1-B-1 (2-4-2T) yang memperkuat armada di jalur ini namun saya kesulitan mencari lokomotif yang dimaksud dalam beberapa literatur yang lain.
Pindah Rumah
Menurut refrensi yang saya miliki, lokomotif-lokomotif generasi awal pada jalur ini tidak ikut dibeli oleh SS (Staatsspoorwegen) dikarenakan faktor usia dan dinilai ketinggalan zaman. Namun disisi lain NIS sudah tidak membangun jalur rel 1435mm setelah ruas Kedoeng Djati – Willem 1 (Kedung Jati – Ambarawa) Ukuran rel 1435mm dinilai terlalu mahal dan tidak efisien. Sebagai gantinya NIS kemudian membangun jalur rel dengan ukuran 1067mm. Lokomotif ex Batavia-Buitenzorg dioperasikan pada dilintasan tersebut sebagai lokomotif langsir. Demi efisiensi beberapa unit dibesitukan karena dinilai sudah tidak memumpuni.