Pabrik Gula Tjepper, Tertua di Tanah Mataram.

Leave Comment
SF/PG Tjepper dalam kondisi yang merana tahun 2016

Bicara soal pabrik gula tertua di “Vorstenlanden” atau wilayah raja-raja Mataram mungkin masih banyak yang bingung. Dimana pabrik paling tua atau yang pertama dibangun? Sudah banyak diulas bahwa di Jogjakarta sendiri terdapat 17 pabrik gula lalu di Kabupaten Klaten sendiri terdapat 8 pabrik gula. Menurut informasi yang berhasil digali dari berbagai sumber dan sebuah artikel dari Bijblad van Het Plaatwerk Naderlandsch Indie edisi tahun 1926 SF/PG Tjepper adalah jawabannya.
SF Tjepper ya? Pernah dengar? Kalau yang belum pernah dengar pabrik gula ini berada di utara dari Kota Klaten. Tepatnya di Kecamatan Ceper. Kira-kira sekitar 5-6km dari pusat kota Klaten. Menurut artikel dari buletin diatas, pabrik ini sudah dibicarakan sejak tahun 1853 dimana pada era ini tanam paksa yang dicetuskan oleh Graaf Johannes van den Bosch masih berlaku. Memang, di daerah lain sudah banyak pabrik gula dalam skala yang lebih kecil bermunculan. Namun SF Tjepper tidak besar dalam satu malam. Lalu siapa pendiri dibalik pabrik ini? bagi yang belum mengetahui orangnya sampai saat ini masih ada di Indonesia. Beliau Dimakamkan di bawah pohon beringin yang rindang dan sejuk di dalam area PG. Tjepper. Nama lengkap beliau adalah Jacob Gerard Joseph Breijman atau disingkat J.G.J Breijman. Menner Breijman lahir di Amsterdam pada 8 Agustus 1832 dan meninggal 25 Oktober 1889 atau sekiranya meninggal pada usia 57 tahun. Data ini saya dapatkan di makam beliau yang masih utuh dan dapat dikunjungi.

Makam dari J.G.J Breijman


Pabrik ini dapat dikategorikan sebagai pabrik gula pertama di Klaten dan dibangun jauh sebelum jalur kereta api pertama dibangun di Hindia Belanda yang menghubungkan Samarang-Solo-Jogjakarta. Pada perkembangan berikutnya jalur kereta ini melintasi daerah Tjepper dan menjadi salah satu moda angkutan gula yang dibawa dari pabrik ini menuju ke eropa.
Pabrik ini terhitung besar dan megah, hal itu saya rasakan sendiri dalam kesempatan di tahun 2014 untuk masuk kedalam pabrik walaupun kondisinya sudah banyak yang hancur namun aura sisa-sisa dari kejayaan masih dapat kita rasakan. Menurut beberapa sumber yang saya dapatkan pabrik ini mengalami beberapa kali perombakan dan renovasi demi mendukung kapasitas produksinya.
Menurut sumber buletin diatas, pada tahun 1856 total luas bangunan pabrik ini setara 250 bangunan. Lalu berkembang menjadi 895 pada tahun 1907 kemudian 1664 bangunan pada tahun 1924. Terlihat bagaimana pesatnya perkembangan pabrik ini dan yang pastinya menghasilkan keuntungan. Namun pada 1930an nasip buruk melanda seluruh industri gula di Hinda Belanda. Krisis global atau yang dikenal Malaise hampir membuat pabrik ini bangkrut. Namun sedikit harapan kembali muncul pada tahun 1935 dimana pabrik ini masih dapat bertahan dan terus beroperasi meski tidak sehebat sebelum krisis melanda.
Pabrik ini mencatat kapasitas produksinya 8000 picol di tahun 1856, kemudian 119.000 picol di tahun 1907 dan 229.000 picol in 1925. Satuan Picol atau Pikul ini sebetulnya penyebutan untuk satu karung gula yang memiliki berat sekitar 200kg. Bisa dibayangkan 229.000 picol/pikul ini setara dengan 45.800.000 kg. Sebuah perkembangan yang bagus untuk industri diwaktu itu yang jelas mendatangkan banyak keuntungan.
Mungkin dalam benak kalian pabrik ini dibangun dengan paksa dan merebut lahan-lahan milik pribumi? oh tentu saja tidak , lahan Vorstenlanden memiliki hak spesial dimata pemerintah kolonial tanam paksa tidak berlaku disini. Jadi bisa dibilang SF/PG Tjepper ini berdiri diatas lahan Raja. Ya, Raja Mataram atau lebih enak di sebut lahan ini milik Kasunanan Surakarta. Jadi sistemnya adalah sewa dan konsensi. Perusahaan membayar sewa ke Raja dan Konsensi perkebunan ke Pemerintah kolonial di Batavia. Lalu tebunya? tebu terbagi dalam 2 golongan yaitu tebu milik pabrik dan tebu milik perorangan. Tebu milik perorangan ini biasanya dimiliki oleh tuan tanah. Tuan tanah sendiri bisa orang pribumi dari kalangan ningrat / bangsawan dan orang eropa yang meiliki SO (suiker onderneming) atau izin perkebunan.
Dibawah ini adalah foto foto pabrik sewaktu masih zaman kolonial.

Tampak muka SF Tjepper kira-kira tahun 1880 ( Bijblad van Het Plaatwerk Naderlandsch Indie)
Tampak muka SF Tjepper kira-kira tahun 1920 (Bijblad van Het Plaatwerk Naderlandsch Indie)

Nasip buruk terjadi pada pabrik gula ini, dimana sewaktu pendudukan penjajah Jepang 1942-1945 pabrik gula ini berubah fungsi menjadi tangsi militer. Banyak orang eropa yang waktu itu menjabat sebagai karyawan dan staff dibunuh dan di asingkan ke kamp-kamp interniran. Otomatis pabrik ini berhenti beroperasi sementara waktu selama pendudukan Jepang. Setelah kemerdekaan pabrik ini mulai dioperasikan kembali oleh perusahaan Belanda sebelum akhirnya di Nasionaliasi oleh republik dan menjadi bagian dari PNP XIV. Sayang sekali, perjalanan pabrik gula tertua di tanah Mataram harus berakhir pahit di tahun 1997. Pada tahun tersebut menjadi tahun giling terakhir dan penutup kisah panjang pabrik gula yang beroperasi sejak 1853.

Sekian dulu, next time saya akan bahas jeroan dari pabrik gula yang legendaris ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *